Kitab Badil Badawi
Kitab ini berisi kisah pergaulan Rasulullah Saw dengan orang desa (Baduwi), yang diambil penulis dari kitab-kitab hadits muktabaroh.
Judul Kitab: Badil Badawi (Fi Arba'ina Haditsan Haulal A'robi)
Penulis: M. Abdullah Badri
Penerbit: Diroz Nusantara, Jepara
Cetakan: Pertama, 2022 M/1444 H.
Tebal: 64 halaman
Ukuran: 21 x 14
Baduwi adalah sebutan bagi orang Arab yang tinggal jauh dari kota besar. Karena tinggal di desa, pegunungan atau di hutan, akhlak mereka berbeda dari orang kota. Tidak ada nabi dan rasul yang berasal dari desa, karena akhlak orang desa itu seringkali dianggap kurang sopan tidak mengerti tentang adab.
Karena kebodohannya, orang Baduwi tidak tahu batas-batas syariat yang dilarang. Ini sesuai dengan firman Allah Surat At-Taubah ayat 97. Namun, Rasulullah Saw menghadapi mereka dengan sopan dan tidak pernah sama sekali.
Suatu kali, ada orang Baduwi yang meneriaki Rasulullah Saw. Dia tidak tahu bahwa hal itu bisa menghapus amalnya. Namun, yang dilakukan Rasulullah Saw adalah meneriaki kembali lebih tinggi agar amalnya tidak dihapus Allah Swt. Rasul rela berkorban demi umatnya.
Itu hanya salah satu kisah Rasulullah Saw menghadapi orang Baduwi di Kitab Badil Badawi ini. Uniknya, Badil Badawi dilengkapi dengan pengambilan haditsnya dari kutubut tis'ah (kitab hadits sembilan), lengkap dengan percetakannya dan halamannya. Jadi, riwayat yang diambil penulisnya bisa dipertanggungjawabkan.
Penulis tidak mengambil hadits yang riwayatnya dianggap dha'if atau maudlu' seperti kisah Rasulullah Saw bersama Baduwi yang thawaf tanpa mengucapkan labbaikallah humma labbaik, melainkan "Ya karim, ya Karim". Riwayat ini diperselisihkan.
Badil Badawi cocok digunakan sebagai kitab ngaji rutinan sebagaimana dirutinkan oleh beberapa ustadz di beberapa kabupaten. InsyaAllah jenaka dan memberikan hikmah.
Penulis: M. Abdullah Badri
Penerbit: Diroz Nusantara, Jepara
Cetakan: Pertama, 2022 M/1444 H.
Tebal: 64 halaman
Ukuran: 21 x 14
Baduwi adalah sebutan bagi orang Arab yang tinggal jauh dari kota besar. Karena tinggal di desa, pegunungan atau di hutan, akhlak mereka berbeda dari orang kota. Tidak ada nabi dan rasul yang berasal dari desa, karena akhlak orang desa itu seringkali dianggap kurang sopan tidak mengerti tentang adab.
Karena kebodohannya, orang Baduwi tidak tahu batas-batas syariat yang dilarang. Ini sesuai dengan firman Allah Surat At-Taubah ayat 97. Namun, Rasulullah Saw menghadapi mereka dengan sopan dan tidak pernah sama sekali.
Suatu kali, ada orang Baduwi yang meneriaki Rasulullah Saw. Dia tidak tahu bahwa hal itu bisa menghapus amalnya. Namun, yang dilakukan Rasulullah Saw adalah meneriaki kembali lebih tinggi agar amalnya tidak dihapus Allah Swt. Rasul rela berkorban demi umatnya.
Itu hanya salah satu kisah Rasulullah Saw menghadapi orang Baduwi di Kitab Badil Badawi ini. Uniknya, Badil Badawi dilengkapi dengan pengambilan haditsnya dari kutubut tis'ah (kitab hadits sembilan), lengkap dengan percetakannya dan halamannya. Jadi, riwayat yang diambil penulisnya bisa dipertanggungjawabkan.
Penulis tidak mengambil hadits yang riwayatnya dianggap dha'if atau maudlu' seperti kisah Rasulullah Saw bersama Baduwi yang thawaf tanpa mengucapkan labbaikallah humma labbaik, melainkan "Ya karim, ya Karim". Riwayat ini diperselisihkan.
Badil Badawi cocok digunakan sebagai kitab ngaji rutinan sebagaimana dirutinkan oleh beberapa ustadz di beberapa kabupaten. InsyaAllah jenaka dan memberikan hikmah.
Diskusi