Jejak dan Kisah Syaikh Asy'ari (Datuk Jokosari Ngabul) Jepara
Jarang sekali penulis yang mengungkapkan sejarah wali desa (danyang) secara lengkap. Inilah salah satu buku yang mengulas jejak wali di Ngabul, Tahunan, Jepara dan koleganya.
Judul: Jejak dan Kisah Syaikh Asy'ari (Datuk Jokosari Ngabul)
Penulis: M. Abdullah Badri
Penerbit: Diroz Nusantara, Jepara
Cetakan: Kedua, November 2025
Tebal: x + 133 halaman
Ukuran: 15 x 21
Datuk Jokosari adalah panggilan orang-orang kepada Syaikh Asy'ari, yang petilasannya ada di Ngabul, Tahunan, Jepara. Dia adalah seorang sayyid yang lahir di Aceh. Karena tahta diserahkan kepada adiknya, ia akhirnya hijrah ke Jawa dan berguru kepada Sunan Kudus.
Setelah dari Kudus, Datuk Asy'ari hijrah ke desa Siseh, yang sekarang menjadi nama lain: Ngabul. Di desa Siseh, dia bertempat di tumah ameh ambruk (rumah hampir roboh) atas saran dari Mbah Endang alias Mbah Gembeng.
Sejak di Ngabul, Datuk Asy'ari tidak pernah menikah. Karena itulah, dia disebut orang-orang sebagai Joko (perjaka). Disebutlah sebagai Jokosari, alias Mas Joko bernama Asy'ari. Ada juga yang menyebutkan sebagai Jokosare, artinya lelaki yang suka kantuk. Iya, beliau seriung kantuk tiba-tiba di sawah, di bawah pohon, dan di tempat-tempat lain.
Itu semua karena setiap malam, Syaikh Asy'ari biasa dzikir dan wirid hingga Subuh. Dia dimakamkan di Gresik karena mendapatkan perintah ke sana oleh sang guru. Selama hidupnya, dia dikenal sebagai pendekar atau jawara yang ahli ilmu syariat dan hakikat.
Selain Datuk Asy'ari, buku ini juga dilengkapi jejak dan kisah waliyullah lainnya yang pernah bertemu sezaman, antara lain:
1. Kiai Jaka Samudra (Cumbring)
2. Mbah Amiruddin (Potroyudan)
3. Kiai Laduni (Karangkebagusan)
4. Datuk Subuh (Sidi Gede)
5. Ki Joko Tirto (Karimunjawa)
6. Kiai Leseh (Banyumanis)
7. Mbah Subandi (Banyumanis)
8. Kiai Rohmat Hasyim/Sayyid Ustman (Mandalika)
9. Kiai Bulus Karsono (Bulungan)
10. Mbah (Viraj) Sartali (Mantingan)
Jadi, pembaca asal Desa Mantingan, Potroyudan, Banyumanis, Karangkebagusan, Bulungan, Karimunjawa dan Mandalika, sangat perlu membaca Buku "Jejak dan Kisah Datuk Jokosari Ngabul" ini.
Penulis: M. Abdullah Badri
Penerbit: Diroz Nusantara, Jepara
Cetakan: Kedua, November 2025
Tebal: x + 133 halaman
Ukuran: 15 x 21
Datuk Jokosari adalah panggilan orang-orang kepada Syaikh Asy'ari, yang petilasannya ada di Ngabul, Tahunan, Jepara. Dia adalah seorang sayyid yang lahir di Aceh. Karena tahta diserahkan kepada adiknya, ia akhirnya hijrah ke Jawa dan berguru kepada Sunan Kudus.
Setelah dari Kudus, Datuk Asy'ari hijrah ke desa Siseh, yang sekarang menjadi nama lain: Ngabul. Di desa Siseh, dia bertempat di tumah ameh ambruk (rumah hampir roboh) atas saran dari Mbah Endang alias Mbah Gembeng.
Sejak di Ngabul, Datuk Asy'ari tidak pernah menikah. Karena itulah, dia disebut orang-orang sebagai Joko (perjaka). Disebutlah sebagai Jokosari, alias Mas Joko bernama Asy'ari. Ada juga yang menyebutkan sebagai Jokosare, artinya lelaki yang suka kantuk. Iya, beliau seriung kantuk tiba-tiba di sawah, di bawah pohon, dan di tempat-tempat lain.
Itu semua karena setiap malam, Syaikh Asy'ari biasa dzikir dan wirid hingga Subuh. Dia dimakamkan di Gresik karena mendapatkan perintah ke sana oleh sang guru. Selama hidupnya, dia dikenal sebagai pendekar atau jawara yang ahli ilmu syariat dan hakikat.
Selain Datuk Asy'ari, buku ini juga dilengkapi jejak dan kisah waliyullah lainnya yang pernah bertemu sezaman, antara lain:
1. Kiai Jaka Samudra (Cumbring)
2. Mbah Amiruddin (Potroyudan)
3. Kiai Laduni (Karangkebagusan)
4. Datuk Subuh (Sidi Gede)
5. Ki Joko Tirto (Karimunjawa)
6. Kiai Leseh (Banyumanis)
7. Mbah Subandi (Banyumanis)
8. Kiai Rohmat Hasyim/Sayyid Ustman (Mandalika)
9. Kiai Bulus Karsono (Bulungan)
10. Mbah (Viraj) Sartali (Mantingan)
Jadi, pembaca asal Desa Mantingan, Potroyudan, Banyumanis, Karangkebagusan, Bulungan, Karimunjawa dan Mandalika, sangat perlu membaca Buku "Jejak dan Kisah Datuk Jokosari Ngabul" ini.
Diskusi